Januari 05, 2008

Bukan Mustahil Zamzam Mengalami Kekeringan




Bukan Mustahil Zamzam Mengalami Kekeringan (2)

Madinah,4/1 (Pinmas)--Memang belum ada satu lembaga pun yang melakukan survei lalu mengumumkannya, namun hampir bisa dipastikan Zamzam adalah salah satu sumur paling terkenal di dunia dan airnya paling banyak diminum orang di seluruh dunia. Karena keberadaan sumur tua itu menjadi bagian dari ritual peribadatan maka Pemerintah Kerajaan Arab Saudi berusaha keras untuk memelihara dan melestarikannya.


Sumur Zamzam berada di dalam kompleks Masjidil Haram, tepatnya terletak 20 meter arah timur Ka’bah. Semula sumur ini dibiarkan terbuka dan jamaah bisa mengambil sendiri airnya dengan menimbanya. Namun Pemerintah Kerajaan Arab Saudi memutuskan untuk menutup permukaan sumur karena banyaknya jamaah yang iseng memasukkan barang-barang ke dalamnya.


Sebutan yang dipakai oleh Raja Saudi sebagai khadimul haramain (pelayan dua tanah suci/Makkah dan Madinah) rupanya dimaknai dengan kesungguhan, bukan sekedar kata-kata yang dicomot untuk sebutan. Almarhum Raja Fahd bin Abul Aziz dan sekarang digantikan oleh adiknya Raja Abdullah bin Abdul Aziz, berusaha untuk bisa berkhidmat dengan sebutan itu.


Kerajaan tidak memasrahkan sepenuhnya Zamzam kepada keajabaikan alam. Karena toh dalam catatan sejarah, Zamzam pernah cukup lama terkubur hingga akhirnya digali kembali oleh Abdul Muthalib, kakek Nabi Muhammad, atas petunjuk mimpi yang diterimanya. Sejarah juga mencatat, Zamzam pernah mengalami kekeringan, meskipun dalam jangka waktu yang pendek.


Karenanya, demi memelihara Zamzam, pada tahun 1994 kerajaan mengeluarkan dekrit pembentukan Zamzam Studies and Research Center (ZSRC), sebuah pusat sudi dan riset tentang Zamzam. Badan di bawah naungan Saudi Geological Survei (SGS) ini bertugas menjamin suplai air Zamzam, secara kuantitas maupun kualitasnya.


Selanjutnya ZSRC melakukan sejumlah proyek untuk mendefinisikan, mengukur, dan memantau mata air yang masuk ke Zamzam। Hasil awal risetnya, ZSRC memaparkan secara hidrogeologis Zamzam dikategorikan sebagai sumur galian, terletak bagian Wadi Ibrahim atau tepatnya 20 meter arah timur Ka’bah, diameternya 1,08 hingga 2,66 meter dan kedalamannya 30,5 meter.

Sumur ini menangkap air dari alluvium Wadi Ibrahim dan sebagian kecil lagi suplai air berasal dari celah-celah karang di bawahnya. Debit airnya mencapai 11 hingga 18 liter air/detik atau 660 liter/menit atau sekitar 40 ribu liter/jam. Terdapat rekahan sepanjang 75 meter dari sumur ini ke Hajar Aswad dan beberapa celah lain kearah bukit Shafa dan Marwa.

Sekitar 13,5 meter bagian atas adalah bagian alluvium pasir Wadi Ibrahim. 0,5 meter di bawahnya adalah lapisan yang sangat tembus air. Sedangkan sekitar 16,5 bagian bawahnya berupa batuan beku diorite. Lapisan tengah sumur inilah yang menyuplai sebagian besar air sumur Zamzam. Selebihnya, sebagian kecil sumber air disuplai dari celah-celah batuan beku diorite di bagian bawah sumur.

Salah satu titik perhatian ZSRC adalah selalu melakukan pemantauan dan pengaturan terhadap kebutuhan air agar tidak sampai terjadi kelangkaan air Zamzam.

Hal ini terkait dengan peningkatan tajam jumlah jamaah haji setiap tahunnya. Dekade 70-an misalnya, jumlah jamaah haji baru mencapai 400 ribu orang, tahun ini jumlahnya telah mencapai sekitar 2,5 hingga 3 juta orang. Itu belum terhitung untuk kebutuhan jamaah umrah serta penduduk Makkah dan Madinah.

Level air Zamzam dipantau dengan real-time multi-parameter monitoring system (sistem pemantauan multiparameter), menggantikan pemantauan tanki hidrograf dinilai tak lagi memadai. Alat canggih ini secara digital dapat merekam konduktivitas elektrik level air, termasuk pH, Eh, dan suhu air Zamzam.

Prioritas lainnya adalah memantau pembangunan di daerah tangkapan air di Wadi Ibrahim. Disadari, areal Wadi Ibrahim yang hanya 60 kilometer persegi bukanlah lahan luas untuk menyuplai sumur yang harus memenuhi kebutuhan jutaan orang. Karenanya, jaringan khusus juga dipasang di Wadi Ibrahim untuk memantau kondisi daerah tangkapan air utama itu.

Apalagi, sumber daur ulang (recharge) sumur Zamzam bergantung pada air hujan yang mengaliri Wadi Ibrahim dari bukit-bukit di sekelilingnya, yang dapat disebut agak jarang membasahi bumi Arab Saudi.

ZSRC lalu menyusun peta wilayah-wilayah sensitif yang bisa mempengaruhi kuantitas dan kualitas air Zamzam. Peta geologis Makkah, yang dirancang ZSRC dengan pendekatan multifaset terintegrasi atas manajemen dan konservasi daerah tangkapan air. Cara ini akan sangat membantu mengatasi problem kelangkaan air di sumur Zamzam.

Pembangunan-pembangunan gedung dan jalan di Makkah juga akan berpengaruh besar pada areal terbuka yang mampu menyimpan air hujan. ZSRC merekomendasikan kepada kerajaan untuk membatasi pembangunan di alluvium Wadi Ibrahim. Hal ini untuk menjaga kelestarian sumber Zamzam.

Pembangunan gedung pencakar langit yang makin marak di Makkah juga harus mematuhi batas-batas yang ditentukan, kerena pondasi yang dalam bagi gedung pencakar langit berpotensi mengganggu pergerakan air tanah yang masuk ke Zamzam, atau setidaknya membuat lapisan airnya tercemar.

ZSRC juga menata drainase hujan di Makkah untuk mendukung daur ulang Zamzam. ZSRC menyusun pola drainase alamiah yang memungkinkan sebagian besar air hujan di Kota Makkah bisa diarahkan secara optimal ke daerah tangkapan air di Wadi Ibrahim.

Setelah ketersediaan air terpenuhi, ZSRC juga merancang cara menyedot, menyimpan, dan mendistribusikan air Zamzam ke jutaan jamaah dan warga Saudi. Sebelum ditampung di Wadi Qudaid untuk didistribusikan secara missal baik di Makkah, Madinah dan ebutuhan lainnya, air Zamzam telah dipastikan tetap memenuhi sarat kesehatan untuk dikonsumsi.

Akhirnya maklumat Kerajaan Arab Saudi yang melarang pengambilan air Zamzam dalam jumlah besar, terutama oleh pihak maskapai penerbangan, bisa dipahami bahwa itu adalah cara yang diterapkan oleh kerajaan untuk menjaga ketersediaan air Zamzam.

Sejauh ini alasan yang diberikan kerajaan terkait larangan itu adalah menghindari komersialisasi air Zamzam oleh pihak-pihak tertentu. Jika jamaah membutuhkannya, dipersilakan masing-masing jamaah mengambilnya sendiri. Alasan ini juga kurang kuat karena kerajaan juga masih membiarkan penjualan air Zamzam dalam jirigen yang dijejer-jejer secara terbuka di muka toko-toko sekitar Masjidil Haram.

Tidak tertutup kemungkinan pelarangan itu dilakukan juga dilatarbelakangi tujuan untuk mengirit-irit cadangan air Zamzam. Karena toh meskipun kepada jamaah telah dibagi-bagikan air Zamzam oleh maskapai seperti biasanya, banyak juga jamaah yang tetap mengambil sendiri untuk dipaketkan.

Pemerintah Arab Saudi sepertinya tidak mau menyerahkan keajaiban Zamzam sepenuhnya kepada alam karena semua makhluk memang harus tunduk pada sunatullah (ketentuan Allah). Bahkan bangunan Ka’bah yang mulia itupun pernah rusak berat karena diterjang banjir.
मर।